Jumat, 06 November 2020

Tanggal 10 November 1945 adalah hari yang bersejarah bagi Bangsa Indonesia dan sekaligus sebagai hari dimana saya harus meninggalkan seseorang yang berharga di dalam hidup saya setelah kedua orang tua pastinya. Ia bernama Nanda Putri yang sekaligus sebagai calon istri saya. Nama saya adalah David Wahyu Kurniawan, saya merupakan salah satu milisi yang ikut berjuang dalam pertempuran 10 November yang ada di kota surabaya.

Saya seorang milisi yang berasal dari Kota Sidoarjo, namun karena adanya informasi bahwa tentara Inggris datang ke Surabaya dengan niat ingin melucuti persenjataan tentara jepang, kami merasa marah karena mereka telah berani datang ke Indonesia dengan niat yang buruk. Sebenarnya saya tidak tega meninggalkan calon istri saya karena hari pernikahan kami tinggal menghitung hari, namun karena ada panggilan batin untuk ikut berjuang mempertahankan kedaulatan Indonesia maka saya ikut berangkat ke Surabaya bersama milisi lainnya.

Kami berangkat dari Sidoarjo saat sore hari pada tanggal 9 November 1945 menggunakan truk hasil rampasan tentara jepang. Ketika mau berangkat Nanda Putri datang menemui saya dengan perasaan cemas.

"Mas...!", teriak Nanda putri dari kejauhan.

"Dek, mengapa kamu kesini?" sahut aku sambil bersiap untuk berangkat.

"Aku cuma mau bilang hati-hati disana ya mas, pernikahan kita sudah dekat, aku tidak mau sampai kehilanganmu untuk selamanya" jawab Nanda Putri.

"David ayo kita berangkat...!" teriak budi yang juga salah satu temanku yang ikut dalam pertempuran ini.

"Aku pergi dulu ya dek, doakan mas bisa pulang dengan selamat."

"Iya mas, aku pasti akan selalu mendoakanmu" sahut Nanda Putri sambil menahan tangisnya.

Kami pun berangkat dengan satu tujuan, yaitu mempertahankan kemerdekaan Negara Indonesia.

Kami tiba di Surabaya sekitar jam 11 malam dan kami langsung berkumpul dengan pasukan lainnya yang berasal dari berbagai wilayah di Jawa Timur untuk mengatur strategi dalam pertempuran melawan tentara inggris. 

Tepat dini hari tanggal 10 November 1945 tentara Inggris mulai melancarkan serangan menggunakan persenjataan berat seperti tank dan pesawat pengebom. Kami pun membalas serangan tentara Inggris menggunakan persenjataan yang seadanya, yaitu senjata laras panjang dan bambu runcing. 

Meskipun persenjataan kami sederhana kami berhasil memenangi pertempuran yang berlangsung berhari-hari itu secara psikologis. Berkat semangat dari para pejuang yang berapi-api demi menjaga Negara Indonesia, membuat pihak Inggris menarik semua tentaranya dari Surabaya. Pemerintah pun ikut membantu para pejuang melalui jalur diplomatik yang semakin meyakinkan pihak Inggris untuk menarik pasukannya tersebut.

Setelah keadaan kembali tenang, seluruh pasukan milisi dan TKR yang berasal dari luar Surabaya kembali menuju daerahnya masing-masing. Tapi, sayangnya kami pulang dengan membawa berita duka. Banyak teman-teman kami yang tidak dapat pulang karena menjadi korban dalam pertempuran tersebut. 

Kami pulang pada pagi hari tanggal 25 November 1945 dan tiba di Sidoarjo tepat saat dzuhur di hari yang sama. Mendengar saya telah pulang dari pertempuran, Nanda Putri segera berlari menuju lapangan dimana truk yang kami tumpangi akan berhenti.

"Mas david...!" teriak Nanda Putri dari kejauhan sambil menangis.

Saya pun mendekatinya sambil mengusap air matanya yang menetes.

"Mas, kamu tidak apa-apa kan?" Tanya Nanda Putri sambil memelukku.

"Tidak apa-apa kok dek, cuma lecet sedikit saja" jawabku sambil menatap matanya yang berkaca-kaca.

"Kalau gitu kita pulang ya mas, Aku sudah masak masakan yang istimewa untukmu" kata Nanda Putri sambil menarikku pulang.

Setelah 1 bulan berlalu semenjak pertempuran itu terjadi, aku dan Nanda Putri akhirnya melangsungkan pernikahan dan keadaan pun beramgsur menjadi tenang kembali seperti sebelum pertempuran itu terjadi.



Untuk saran judul tulis aja dikomentar:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar